Jumat, 23 Oktober 2009

KHALIFATUL ARDHI

(Pemimpin Di Muka Bumi)

Oleh : AL HABIB FARIDHAL ATTROS AL KINDHY

GURU BESAR PUSAT PERGURUAN MAHESA KURUNG - AL'MUKAROMMAH BOGOR

"Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi, karena itu barang siapa yang kafir, maka akibat kekafirannya itu menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran dari orang-orang yang kafir tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya. Dan kekafiran orang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian belaka" (QS. : Fathir : 39).

Dari semenjak kejadian manusia pertama (Abul Basyar) bapak dari semua manusia, yakni Adam Alaihisalam. hingga kini sudah ratusan bahkan jutaan ribu umat datang merantau ke planet bumi. Dan tidak seorangpun diantara mereka yang akan tinggal tetap di dunia ini selamanya. Semuanya telah kembali ke hadirat Ilahi Robbi. Di dalam perantauannya itu, mereka telah meninggalkan banyak bekas di laut dan di bumi. Semoga keberangkatannya itu akan menjadikan suatu pelajaran yang tidak ternilai untuk kita yang sekarang ini masih dalam keadaan bernafas. Dan mudah-mudahan kita semua tidak mengulangi perbuatan buruk yang sudah menjadi milik sebagian mereka.

Hendaklah melekat di dalam ingatan bahwa setiap diri manusia berasal dari Allah, dan pada hakikatnya manusia itu tidak memiliki apa-apa. Semua yang ada di alam dan pada diri kita, bahkan manusia itu sendiri adalah milik atau harta kepunyaan Allah. Terbukti ada jasad tanpa ruh, maka ia tidak bisa berbuat apa-apa. Maka hayatilah dan syukurilah, hidup itu saja sudah merupakan nikmat dan rahmat Allah. Sedangkan panca indera - ilmu- harta-dan kedudukan adalah amanah yang diberikan Allah kepada manusia, yang sewaktu-waktu akan diambil kembali sesuai dengan ketetapanNya. Manusia hanyalah memperoleh barang titipan semata, ia diberi hak penuh untuk dipergunakan selama dalam perantauannya di bumi. Maka jika ia ingin menghitung-hitung berapa banyak rahmat dan nikmat Allah yang dianugerahkan kepadanya, pastilah ia tak sanggup menghitungnya (tak dapat dihitung saking banyaknya). Seperti tersebut dalam Al-Qur'an - Al'Karim : "Sesungguhnya KAMI telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan KAMI adakan di muka bumi itu sumber-sumber penghidupan, tetapi amat sedikit kamu bersyukur" (QS. Al'Araaf : 10).

PANDANGAN ILMUWAN TERHADAP PENCIPTAAN MANUSIA

Sejarah sudah mencatat bahwa ada beberapa ilmuwan yang menggemparkan isi dunia dengan komentarnya mengenai pendapat dan pandangannya terhadap proses terciptanya manusia. Seperti misalnya : "Bisthov Rayeer dan Haecke", pemuka ilmu biologi yang terkenal di jamannya, pada abad ke 16 , mereka berdua adalah penganut aliran "Animmalmus", mereka mereka mengatakan : bahwa "manusia itu tergolong pada jenis hewan, tetapi sangat musykil susunannya." "Charles Robert Darwin" yang terkenal dengan teorinya pada abad ke 14, berkomentar mengenai diri manusia dan yang sekaligus mempertegas ucapan/komentarnya Bisthov Rayeer dan Haecke tersebut, ia mengatakan bahwa : "manusia termasuk dirinya berasal dari monyet (orang utan) dengan evolusi, berubah bentuk dan akalnya menjadi manusia sekarang ini" Ucapannya ini telah membuat seisi dunia menjadi terheran-heran dan mungkin para malaikatpun turut tercengang dibuatnya. "HOLBAGH", yang hidup sebelum jamannya Darwin, yakni : pada abad ke 18, ia adalah seorang ahli filsafat terkemuka pada masa hidupnya dan seorang penganut aliran "Naturalismus" yang fanatik. Iapun pernah mengomentari tentang hal ikhwal manusia dalam proses terciptanya yakni : "Manusia adalah hasil ciptaan alam tanpa Tuhan", ucapan ini sebenarnya lebih parah dari ucapan Darwin, karena ia melibatkan nama Tuhan di dalamnya.

Jika kita melihat hasil komentar dari beberapa khalifah (pemimpin) tersebut diatas yang telah diberikannya kepada mereka suatu anugerah yang besar dan tak ternilai dari Tuhan semesta alam berupa ilmu/akal-kecerdikan dan kecerdasan pengetahuan yang luas yang tidak semua orang dapat memilikinya, mereka pada dasarnya diberi kebebasan dan berhak untuk menilai-menimbang -menyelidiki dan mengomentari. APA DAN BAGAIMANA SEBENARNYA MANUSIA ITU ? Akan tetapi apakah benar bahwa manusia itu tergolong jenis hewan … ?, dan apakah benar, bahwa manusia sebenarnya adalah hewan itu sendiri … ? . Serta benarkah alam dapat menciptakan manusia dengan tanpa keterlibatan Tuhan di dalamnya …?

Hasil penyelidikan (research) manusia sebagai khalifah (pemimpin) mengenai alam dan diri manusia, dari dahulu sampai sekarang selalu menjadi bahan pembicaraan dan perbincangan manusia dari berbagai lapisan (kalangan). Dari hasil penyelidikan dalam ilmu hayat dikatakan bahwa, segala macam atau jenis rumput- biji-bijian - buah-buahan dan apa saja yang dimakan oleh hewan, ternyata manusia juga memakannya. Memang dalam hal ini tidak bisa kita pungkiri, bahwa adanya persamaan sifat, tabiat atau kelakuan antara manusia dan hewan, yaitu apa-apa yang disenangi oleh hewan, manusia tak ketinggalan untuk menirunya. Bahwa ada beberapa jenis hewan yang memiliki sel darah, urat dan tulang belulang yang hampir tak ada bedanya dengan apa yang dimiliki oleh manusia. Mungkin berdasarkan fakta sejarah bahwa hewan-hewan lebih dahulu diciptakan Tuhan dan menempati planet bumi ini daripada manusia, maka orang-orang berpikiran bahwa : "Tuhan itu tidak ada" dan mengatakan bahwa : "manusia itu berasal dari hewan", dan mungkin juga berdasarkan hasil penyelidikan yang menyatakan bahwa antara hewan dan manusia itu biologisnya sama !!. Maka dalam falsafah materialisme dan komunisme dikatakan bahwa :

" manusia itu adalah hewan yang berakal …!" dengan kata lain, manusia telah diperhinakan, direndahkan harkat derajat dan martabatnya oleh sebagian manusia juga. Sedangkan Allah dan Nabi-Nabi Nya telah mengangkat manusia kepada tingkat yang lebih tinggi lagi mulia. Jadi kesimpulannya mereka (para ilmuwan) hanyalah menduga-duga saja tentang ciptaan Tuhan. Seperti tersebut dalam Al-Qur'an : "Jika kamu menuruti kebanyakan orang (kafir) di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkan kamu dari jalan Allah, mereka tidak lain hanyalah mengikuti duga dan sangka belaka." Dan mereka tidak lain hanyalah berdusta "(QS. : Al-An'am : 116 ). Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali perasangkaan saja, sesungguhnya sangka-sangka itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan (QS.: Yunus : 36).

MANUSIA DINILAI DARI SUDUT PANDANG ISLAM

Islam memberitahukan bahwa Allah telah menetapkan manusia menjadi khalifah (pemimpin) di muka bumi untuk mendidik manusia supaya ikhlas mentaati setiap peraturan dan undang-undang, baik yang datang dari Allah ataupun dari Nabi-Nabi dan yang datang dari Negara atau Pemerintahan yang sah. Islam memberi pengajaran dan pendidikan kepada manusia dari jaman dahulu sampai dengan generasi terakhir yang mempusakai dunia, agar masing-masing mengenal diri dan meyakimi dengan jiwa raganya bahwa Tuhan yang Maha Esa adalah pencipta, dan bukan diciptakan. Islam mendidik manusia agar setiap diri mau bersyukur atas limpahan rahmat dan karunia Allah SWT, yang tak terhingga banyaknya atas mereka. Sehingga hidup akan penuh dengan kebaktian ( ibadah) hanya kepada Allah dengan tanpa perantara. Islam mendidik manusia agar berani menegakan kebenaran, kebaikan, kejujuran dan keadilan dan peringatan keras terhadap Orang-orang yang melanggar batas ketentuan Tuhan Yang Maha Esa maupun ketentuan Negara (Hukum Negara) dan sesama makhluknya. "Dan sesungguhnya KAMI (Allah) yang menciptakan manusia. KAMI mengetahui apa-apa yang dibisikan oleh hatinya. Karena KAMI lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya sendiri " (QS: Al-Qaf:16). Allah mengetahui apayang masuk kedalam Bumi dan apa yang keluar dari padaNya. Mengetahui apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadaNya. Dan DIA bersama Kamu dimana saja Kamu (manusia) berada. Allah maha melihat apa yang kamu kerjakan. (QS:Al-Hadiid:4).

MANUSIA DALAM PENJAJAHAN HAWA NAFSU

Sebagian besar manusia perhatiannya sangat tertarik pada larangan, karena enggan melakukan yang disuruh Tuhan. Sangat terpengaruh kepada harta benda kekayaan duniawi, karena mengabaikan kebutuhan rohani. Nekad melakukan yang buruk lagi tercela karena tergoda oleh setan dan tergoda oleh manusia yang durhaka. Ingkar kepada petunjuk Tuhan lalu melibatkan diri ke dalam syirik. Bebicara seperti orang latah, karena lidah tidak disesuaikan dengan isi kitab Allah dan tuntunan Nabi. Kurang rasa malu karena iman tidak bersinar didalam qolbu (hati). Suka melanggar peraturan tanda kelemahan iman didalam dada. Yang haram dihalalkan - yang salah dibenarkan. Seperti yang di firmankan Allah dalam Al-Qur'an : " Dan siapa-siapa yang memberi pertolongan dalam usaha-usaha kebaikan, niscaya dia akan memperoleh bagian dari padaNya. Dan siapa-siapa yang memberi pertolongan dalam perkara kejahatan (baik terhadap Allah maupun terhadap Manusia), niscaya dia akan memikiul sebagian tanggung jawab mengenai dosanya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu". (QS:An-Nisa:85).

Negara kita berdasarkan azas KETUHANAN YANG MAHA ESA, dan ini merupakan suatu tuntunan suci, agar setiap orang itu dapat membebaskabn dan menolong dirinya dari penjajahan hawa nafsu - dogma dan pengaruh buruk lingkungan. Disamping itu agar manusia berusaha menanamkan satu itikad yang keras membaja tentang wahyu Illahi yang menyebutkan bahwa Allah itu Maha Suci dari sifat buruk yang manusia berikan kepadaNya. Dzat yang suci itu menyebut dirinya: "Al-Khalik". KHALIK menciptakan alam termasuk manusia, karena alam diciptakan olehNya, maka dinamakanlah alam ini "MAKHLUKNYA". Makhluk itu sendiri ada yang kelihatan mati, tidak bernyawa, misalkan saja "Batu-Tanah-Emas-Perak-Besi-Timah" dan lain-lain. Walaupun pada hakikatnya mereka itu sebenarnya hidup. Yaitu sebagaimana telah dibuktikan oleh Ilmu Pengetahuan Alam, bahwa setiap benda terdiri berjuta-juta molekul. Molekul terdiri atom. Atom terdiri dari elektron dan proton. Elektron ternyata hidup dan tetap berputar mengelilingi proton dengan kecepatan : 300.000.000. m/detik. Dengan melihat kenyataan ini semua, terjadilah suatu kesimpulan bahwa tidak ada istilah benda mati, baik di dalam istilah ilmu pengetahuan maupun didalam pandangan didalam Islam sendiri. Disamping itu ada mahluk nyata hidup bernyawa, misalnya : Jin - Malaikat - Manusia - Hewan dan Tumbuh-tumbuhan. Diantara seluruh mahluk Tuhan ini, maka manusialah yang paling kompleks - ruwet atau musykil. Hal ini diakui oleh ilmu pengetahuan, falsafah dan Islam, karena sebagian besar manusia itu pada dasarnya tidak mau beriman - bersyukur dan beribadat kepada Tuhannya. Ia (manusia) lebih cenderung untuk mempersolek lahirnya daripada batinnya, yang sebenarnya menjadi pusat penilaian Allah atas hamba-hambanya. " YANG DEMIKIAN ITU ADALAH KARENA SESUNGGUHNYA MEREKA MENGIKUTI APA YANG MENIMBULKAN MURKA ALLAH DAN MEMBENCI APA YANG MENIMBULKAN RIDHONYA, MAKA ALLAH MENGHAPUS PAHALA AMAL-AMAL MEREKA" (QS. : Muhammad : 28).

" DAN SIAPA-SIAPA YANG BUTA DI DUNIA, MAKA NANTI DI AKHIRATPUN AKAN BUTA PULA, BAHKAN LEBIH SESAT JALANNYA" (QS. Al-Isra : 72).

SIKAP KEPEMIMPINAN MANUSIA

Sesungguhnya di setiap masa dan jaman didapati ada manusia yang beruntung dan ada pula manusia yang merugi. Sudah tercatat dalam sejarah dan dalam kitab suci, bahwa di sepanjang jalan kehidupannya manusia itu senantiasa mengalami rugi. Jika tidak rugi harta benda ia pasti akan menemui kerugian lainnya. Baik itu rugi waktu - rugi penglihatan - rugi pendengaran atau rugi akan amal perbuatan. Diatas segala-galanya itu adalah bagi yang enggan beriman, karena ingkar kepada petunjuk Tuhan, yang menyebabkan timbul penyesalan di hari kemudian. Hal ini sudah berulangkali dijelaskan oleh Tuhan di dalam Al-Qur'an. Maka modal yang paling baik dan wajib dimiliki oleh setiap manusia adalah " IMAN KEPADA ALLAH DAN HARI KIAMAT ". Memperbanyak amal ibadat agar tehindar dari kutuk dan laknat. Modal inilah yang merupakan bekal, dan menjadi pedoman bagi manusia-manusia dan yang merangkap pula sebagai pemimpin (Pengayom) di muka bumi.

" Seorang pemimpin sejati akan selalu menyadari bahwa : Segala sesuatu yang telah mencapai puncaknya, lambat tapi pasti akan berkurang, hingga habis sama sekali "

Sebutan atau jabatan seorang pemimpin adalah hal yang luar biasa sekali, yang didapatnya hanya dari Allah SWT., sebagai suatu anugerah (pangkat) yang besar untuk agar dapat digunakan sebagaimana mestinya, pada jalan yang diridhoi Allah. Seorang pemimpin harus pandai mengatur hidup dan kehidupannya - harus pandai mengatur (membagi) waktu - harus tahan uji, sabar dan tawakal - dan harus bisa mengesampingkan urusan pribadi, baik itu menyangkut hati dan perasaannya maupun terhadap orang-orang terdekat yang dikasihinya. Pemimpin yang baik akan selalu tanggap terhadap situasi dan kondisi yang bagaimanapun juga - ia harus pandai memelihara lidahnya - pandai mengatur langkahnya - dan segala tindakan dan keputusannya harus selalu dilandasi "RASA CINTA KASIH DAN KEBAJIKAN YANG LUHUR".

"Seorang pemimpin bijaksana yang mengetahui hukum alam, akan dapat menyesuaikan hidupnya, hingga dapat selamat dan bahagia, pikirannyapun akan tenteram dan damai".

LIMA LANGKAH YANG HARUS DIMILIKI PEMIMPIN

Langkah pertama adalah : TABAH (Ketabahan)

"Tabah dalam menghadapi cobaan dan ujian dari Tuhan Semesta Alam, melalui perantara manusia-manusia walau teramat berat sekalipun kita memikul dan merasakannya ".

Langkah kedua adalah : TEGUH (Keteguhan)

" Teguh dalam pendirian dan tidak mudah menyerah dalam menghadapi situasi dan kondisi yang sangat sulit sekalipun. Karena tanpa ada keteguhan di dalam jiwa seorang pemimpin, mana mungkin ia akan dapat memimpin sesuatu yang sifatnya yang berskala besar".

Langkah ketiga adalah : TEKUN (Ketekunan)

" Tekun didalam mengerjakan hal apapun yang ada kaitan dengan kepemimpinannya, tekun dalam arti kata tidak mudah bosan (jenuh), dan semua pekerjaannya itu harus dilakukan dengan rasa ikhlas dan ridho serta dengan hati yang senang. Karena bagaimana mungkin seseorang itu dapat berhasil dalam bidangnya jika semua pekerjaan yang dilakukannya itu tanpa ada ketekunan dan hati yang senang didalamnya".

Langkah keempat adalah : ADIL (Keadilan)

"Adil dalam arti kata tidak berat sebelah dan menginginkan segala sesuatunya itu : sama rata dan seimbang, rasa keadilan ini hanya dapat timbul dari suatu ketegasan hati dalam mengemukakan kebenaran, karena tidaklah mungkin seseorang itu dapat berlaku adil, selama ia masih menyembunyikan sesuatu yang benar di dalam hati dan perasaannya. Jadi garis besarnya adalah : seseorang itu harus berani mengemukakan suatu kebenaran."

"ANGKATLAH KEBENARAN ITU KEPERMUKAAN WALAUPUN BERESIKO DAN PAHIT HASILNYA, KARENA MEMANG ITULAH YANG HAQ, YANG SUDAH SEHARUSNYA DAN LAYAK UNTUK DIKEMUKAKAN".

"Karena barang siapa yang berusaha menyembunyikan sesuatu yang benar, maka laknatullah akan turun kepadanya, tinggal masalah waktu saja".

Langkah kelima adalah : YAKIN (Keyakinan)

"Yakin bahwa segala sesuatunya akan membuahkan hasil positif dari apa-apa yang telah dilakukan dalam masa-masa kepemimpinannya, karena pekerjaan apaun juga tidaklah akan mungkin membuahkan suatu hasil yang mengenakkan, jika tidak dilandasi oleh suatu Keyakinan yang kuat dalam mengerjakannya. Dan jika keempat langkah tersebut sudah benar-benar terkuasai dan MENYATU - LEBUR - LULUH dalam (diri) kehidupan seseorang, maka ia harus yakin (haqqul yaqin), bahwa saat ini ia adalah seorang KHALIFATUL ARDHI SEJATI. Dan Allah SWT. telah menjanjikan SURGA, yang mengalir dibawahnya sungai-sungai bagi seorang pemimpin yang BAIK - JUJUR - RENDAH HATI - tidak bertindak sewenang-wenag - mau menanggapi nasehat dan saran-saran dari bawahannya yang jujur dan setia - jangan suka memanfaatkan situasi. Tidak mencari kesempatan didalam kesempitan dan selalu memperhatikan bawahannya, dengan RASA CINTA KASIH, DAN RASA TANGGUNG JAWAB YANG TINGGI dengan berlandaskan : "KEBAJIKAN YANG LUHUR DAN TANPA ADA PAMRIH DIDALAMNYA". "Lihatlah kepada orang yang dibawah kamu, janganlah selalu melihat kepada orang yang diatas kamu. Yang demikian itu adalah lebih baik dan layak untuk tidak merendahkan nikmat Allah kepada kamu".(Al Hadits)
KURSI KEBESARAN SANG PEMIMPIN SEJATI

Oleh : (Al’Habib Faridhal Attros Al’Kindhy)

Seorang Pemimpin Sejati mampu melintasi horizon esoterisme yang sangat luas dan meniupkan ruh baru ke dalam eksistensi material. Seorang pemimpin mampu menciptakan sebuah karya kreasi yang baru dalam pengertian ciptaan yang paling luas, karena perbuatan kreatifnya merupakan sesuatu yang hanya dapat dihasilkan oleh perasaan terdalam yang memungkinkan sang pemimpin masuk ke alam ruh, dan akan lebih sempurna jika seorang pemimpin mempunyai tingkat kesucian yang lebih tinggi pula. Pemimpin ibarat puncak tertinggi dalam tradisi tasawuf, namun seperti halnya setiap puncak selalu berhubungan dengan rangkaian pegunungan lain. Pemimpin pun dihubungkan dengan tradisi semacam itu, yakni ; karena ajaran - ajaran suci serta barakah yang terdapat di dalam kekayaan spiritualnya-lah ia mampu menjadi seorang Pemimpin Sejati dalam dimensi setinggi ini. Dia muncul pada saat spiritualitas Islam telah membentuk kesempurnaan tradisi yang subur selama beberapa abad. Dan dia hidup dalam masa ketika intensitas spiritual muncul kembali sebagaimana pada masa kelahiran Islam ; Suatu masa yang melahirkan para wali dan sufi terkemuka di seluruh dunia Islam. Seorang Pemimpin Sejati datang pada akhir periode kesuburan aktivitas dan peremajaan kembali spiritual, sehingga membentuk sejarah spiritual masyarakat Islam berikutnya. Pada saat sang pemimpin muncul ke panggung sejarah tradisi Islam, dengan tasawuf sebagai hati atau sumsumnya, yang telah mengkristal dalam bentuk klasiknya secara tegas, perlu ditandaskan di sini ; seorang pemimpin itu sebaiknya merujuk ke tradisi Islam dan bukan ke tradisi sufi, karena yang pertama merupakan sebuah tradisi yang integral dan yang kedua merupakan bagian dari yang pertama dan tidak dapat dipisahkan darinya. Oleh sebab itu, dalam penggunaan istilah tradisi sufi, tetap ada beberapa batasan pengertian untuk menyatakan secara tidak langsung bahwa ; tasawuf dapat dipraktikan sendiri tanpa merujuk ke tradisi Islam, mengingat bahwa tradisi sufi merupakan bagian darinya.

Berbagai ilmu pengetahuan Islam mulai dari tafsir Al-Qur’an sampai filsafat dan teologi telah dihasilkan oleh Al-Ghazali sedangkan skema-skema kosmologi Islam utama yang sering menjadi rajukan sang pemimpin telah terumuskan pula. Tasawuf itu sendiri telah meninggalkan awalnya dari kesunyian nisbi dan kezuhudannya yang heroik menuju tahap pengungkapan cinta dan makrifat yang sangat mengesankan lingkaran rasa takut, cinta dan makrifat (makhafah, mahabbah, dan ma’rifah) yang terdapat dalam setiap agama dan dalam tradisi Ibrahimiah melalui kelahiran Yudaisme, kristen dan Islam secara berturut-turut, yang juga telah terwujud dalam tradisi sufi. Kaum bijak mesopotamia pada periode awal menekankan rasa takut dan hormat kepada Tuhan Yang Maha Kuasa di atas segalanya, yang menjadi sumber kebijaksanaan yang sesuai dengan sabda terkenal Nabi ; " Bahwa Ras Al- Hikmah makhafat Allah " ( sumber hikmah adalah rasa takut kepada Allah) dan juga merupakan sumber yang ke-Agungan dan Kemuliaan dalam diri manusia. Dalam keluarga Ibrahim, aspek yang dominan dari Yahudi (Yudaisme) adalah ; rasa takut kepada Tuhan. Dari Kristen adalah ; rasa cinta kepada Tuhan. Dan dari Islam ialah ; pengetahuan akan Allah (makrifatullah), meskipun dalam setiap tradisi yang integral ketiga aspek itu pasti ada. Sang pemimpim sejati, memainkan peran yang telah ditaqdirkan Tuhan dengan kemampuan menginterpretasikan ide-ide dan ajaran-ajaran para tokoh pemimpin terdahulu ke dalam sintesisnya sendiri, sehingga mudah di akses oleh generasi sesudahnya.

Untuk agar seseorang menjadi Pemimpin Sejati, dia harus menjalani masa latihan yang panjang, baik secara formal maupun inisiatik, dan harus memahami benar seluruh tradisi sebelumya, baik dalam tasawuf maupun dalam ilmu-ilmu pengetahuan Islam lainnya. Dia harus benar-benar mendalami pengetahuan tentang Al-Qur’an dan berbagai tafsirnya yang ada saat ini, karena dari penyelidikan yang mendalam atas karya dan tindak kreatif seorang Pemimpin Sejati akan mengungkapkan (terungkap) kebenaran pernyataannya dalam matsnawi sebagai tafsir Al-Qur’an, bahkan dalam diwan nya mengalir seperti arus sungai yang bermuara dari sumber air pegunungan rahasia Al-Qur’an, karena sang pemimpin sejati harus memperlihatkan kehandalannya dan kecakapannya dalam memimpin, dengan mengungkapkan sesuatu yang benar, sekaligus berani memunculkannya kepermukaan dengan penuh rasa tanggung jawab yang tinggi. Kebersihan dan kesucian hati yang suci murni serta harus memiliki rasa pri kemanusiaan yang dapat bertindak adil, arif dan bijaksana untuk sebagai sumber doktrin dan inspirasinya, dalam mensejahterakan dan memakmurkan Bangsa dan Negaranya. Dan bukannya memakmurkan kursi kebesaran yang didudukinya. Demi kursi kebesaran," manusia-manusia dewasa tak ubahnya bagaikan sekumpulan bocah-bocah yang sedang memperebutkan sebuah mainan", dan demi kursi kebesaran manusia telah dibutakan oleh angan - angannya dan seandainya saja manusia menyadari, bahwa ; " angan-angan manusia itu kerapkali melampaui ajalnya" dan demi kursi kebesaran, menusia tak segan - segan menghalalkan berbagai cara dari cara yang paling ringan (halus) sampai cara yang paling berat (kasar) yang pada akhirnya banyak memunculkan skenariowan - skenariowan kambuhan yang memanfaatkan situasi dan kondisi yang tak ubahnya bagaikan lingkaran setan.

Bahaya kesombongan yang disebabkan oleh pembenaran di dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan beragama adalah merupakan awal kehancuran kharisma seorang pemimpin. Hal ini menunjukkan kenyataan bahwa akar jiwa tenggelam dalam dunia keserbaragaman mahkluk dan bahwa manusia selalu dibuyarkan dan dialihkan oleh berbagai benda untuk mampu memusatkan pikiran dan jiwanya kepada Sang Pencipta. Yang melengkapi kepekaan sang Pemimpin sejati terhadap kejujuran adalah ; kesadarannya akan kesucian dalam segala sesuatu dan kecakapannya memberi petunjuk sebagai solusi spiritual terhadap hampir setiap permasalahan yang dihadapi bawahannya dalam berbagai masa dan keadaan. Seperti halnya Rasulullah SAW yang telah diberi kemungkinan-kemungkinan oleh Allah SWT untuk mengalami segala sesuatu yang dapat dialami oleh seorang manusia, mulai dari kehilangan anak satu-satunya sampai mempersatukan Jazirah Arab dibawah panji Islam. Beliau (Rasulullah SAW) diberi misi tersebut supaya dapat menyucikan seluruh kehidupan manusia. Beliau (Rasulullah SAW) mampu mengekspresikan kesempurnaan dan keragaman eksistensi manusia sebagai cara untuk mengungkapkan fakta, bahwa dibalik setiap pengalaman mungkin saja terdapat sebuah gapura menuju yang Maha Gaib. Di dunia modern, kemiskinan dan kesesakan nafas spiritualitas tampak jelas, ketika keburukan telah menjadi norma dan keindahan menjadi suatu kemewahan. Sang Pemimpin sejati ditemukan banyak orang sebagai seorang penangkal penyakit yang berasal dari penderitaan dunia modern. Dia memang seorang penangkal yang sangat mujarab yang menyediakan prinsip-prinsipnya untuk diikuti, betapa pun pahitnya obat yang dia tawarkan.

Seseorang harus memandang Pemimpin sejati bukan sekadar sebagai seorang penguasa semata, namun sebagai porte - parole (penguak) rahasia - rahasia Ilahi, yang seperti burung yang hanya dapat bernyanyi dalam melodi-melodi yang menggerakkan jiwa. Kehadiran spiritual sang Pemimpin sejati berdiri tegak laksana rambu untuk menunjukkan kepada manusia melalui lisannya bahwa, hanya kebenaran itulah yang akan dapat membebaskan mereka dari penjara kerugian dan keburukan yang menyesatkan, yang telah mereka ciptakan disekitar diri mereka sendiri, dan yang batas-batasnya tidak dapat dirobohkan kecuali melalui pesan manusia seperti sang Pemimpin sejati. Karena ia dalam memandang kebenaran dan ekspresinya selalu dalam bentuk kemanusiaan yang adil dan beradab dan bukan hanya sebatas bentuk kemasannya saja, akan tetapi isi dalam kemasan itupun harus sama dengan luar (bungkusnya) serta terlepas dari trick - trick murahan. Ini semua dapat terjadi dalam dunia manusia yang memiliki kecenderungan untuk selalu membuat janji-janji muluk demi obsesi dan ambisinya yang tak kenal batasan itu. Maka pemimpin sejati itu adalah orang yang telah merasakan "amor est mors " melalui cintanya kepada Allah. Dan ia pun telah mendalami kematian walaupun secara fisik masih hidup dan di bangkit dalam selubung cahaya pengetahuan Tuhan selagi masih bercakap-cakap dan berjalan di antara manusia. Sang pemimpin sejati melihat kematian sebagai kebahagiaan hidup yang luar biasa karena dia telah mengalami kematian sebelum mati yang sesungguhnya sesuai dengan sabda Nabi yang terkenal ; " Matilah sebelum engkau mati". Baginya (pemimpin sejati) eksistensi kematian benar-benar merupakan bukti langsung akan adanya Tuhan. Bukti teologis juga mencakup bukti estetis. Menurut pengertian yang terluas dari istilah itu. Menurut aspek ini mungkin tidak sekuat aspek-aspek kosmologis dan moral. Karena untuk menjadi peka terhadap trasparansi metafisik dari kematian terhadap pemancaran aura fisik yang hidup dan tetap hidup dalam menuju dunia cahaya dengan suatu ketajaman dan pendengaran intusi yang memungkinkan pendakian melalui kebenaran fenomenal yang naik ke esensi - esensi dan melodi-melodi keabadian.



HIKMAH LISAN ( UCAPAN ) SANG PEMIMPIN SEJATI

Bagaimanapun juga ada mutiara hikmah yang sangat penting yang tersembunyi di dalam ucapan dan kata-kata yang keluar dari lisan (ucapan) seorang pemimpin sejati. Mutiara hikmah tersebut mencerminkan bukan hanya esoterisme semata, akan tetapi kekuatan sugesti dan penyadaran tentang pengetahuan intuitif yang ada di dalam jiwanya. Sebuah kesadaran yang dapat disamakan dengan transformasi jiwa bukankah ucapan dan kata-kata yang logis itu mempunyai kekuatan denotasi dan konotasi ..?!. Kata - kata yang terucap melalui lisan seorang pemimpin sejati akan selalu menyiratkan keselarasan universal melalui substansi bahasa yang ia miliki, sama seperti ketika keselarasan ini mendominasi pikiran dan jiwa sang pemimpin sejati itu sendiri. Maka kata-kata (ucapan) serupa dengan logika dalam arti sebagai sarana dan wahana untuk mengekspresikan suatu kebenaran. Kata - kata (ucapan) melengkapi logika untuk mencapai bentuk pengetahuan yang tidak dapat dipahami tanpa bantuan kecakapan logis manusia yang jujur dan pasrah. Selain itu kata - kata (ucapan) keluar dari lisan seorang pemimpin sejati akan menghasilkan transformasi jiwa serta perasaan-perasaannya dalam suatu cara yang tidak mungkin dihasilkan oleh usaha logis semata, karena ucapan yang jujur dan jauh daripada kebohongan itu akan menghasilkan dan melahirkan kesepakatan dalam jiwa manusia untuk membentuk manusia-manusia yang menjujung tinggi kejujuran, sehingga wajar untuk membicarakan adanya suatu logika lisan yang meyakinkan dan seringkali mendukung sebuah argumen diberbagai bagian dunia ketika ucapan seorang pemimpin sejati mampu memelihara kualitas kimiawinya, bahkan sampai sekarang pun, dan ketika jiwa orang - orang yang masih peka terhadap kekuatan lisan sang pemimpin sejati, yakni ; dengan caranya mengungkapkan kebenaran serta kemampuannya dalam hal memberi keputusan yang adil, arif dan bijaksana yang dilandasi cinta kasih dan kebajikan yang luhur. Pada akhirnya satu-satunya hal mendasar yang dimiliki logika dan juga lisan sebagaimana paham tradisional adalah gnosis (ma’rifah) yang terletak pada inti tradisi timur. Karena realitas merupakan sumber dari hal yang logis dan sekaligus hal yang puitis, maka gnosis atau metafisika tradisional yang mengandung pengetahuan tentang realitas, tidak boleh tidak harus menjadi dasar bersama yang memungkinkan logika dan lisan sang pemimpin sejati bertemu dan menjadi sarana bagi kebenaran untuk mengungkapkan dirinya dalam epifani - epifani yang logis seperti alam yang murni. Dalam melintasi tingkatan inisiatik yang paling tinggi, yang memungkinkan dirinya lebur dan muncul dalam subsistensi diri. Sehingga sang pemimpin sejati mampu menyadari siapa dirinya dan akhirnya akan mengenal dirinya, karena bukankah Nabi Muhammad SAW telah bersabda :

" Barangsiapa yang mengenal dirinya, maka telah mengenal Tuhan-NYA".

Luasnya " samudera semangat " dan perjalanan anak cucu Adam dalam mengemban tugas amanah Tuhan semesta alam, adalah merupakan penyajian akan adanya suatu kebenaran yang obyektif dengan prosentasi subyektif serta aspek-aspek operatif yang menyangkut proses pencapaian kebenaran tersebut, yakni ; suatu kebenaran yang menggabungkan penguasaan metafisika murni ke dalam struktur jiwa manusia yang kompleks, perangkap yang menghadang manusia yang tersadarkan melalui inisiasi menuju kemungkinan spiritual dirinya dan memulai perjalanan menuju ke Yang Esa. Ekspresi universal kehidupan dan jalan inisiatik dimungkinkan oleh tingginya tingkatan spiritual (maqam) seseorang yang digabungkan dengan pengetahuannya yang mendalam tentang semua tradisi Islam, terutama aspek - aspek religius dan metafisiknya. Masyarakat dewasa ini mungkin lebih mampu untuk mendapatkan manfaat dari apa-apa yang mereka lisan-kan (ucapkan) baik secara perorangan atau secara kelompok daripada mereka yang hidup pada masa sebelumnya. Masa-masa sebelumnya ketika lisan-lisan manusia mengemukakan sesuatu yang benar (haqq) selalu disalahartikan, bahkan ada kecenderungan pengabaian aspirasi masyarakat, dan agak terkesan tidak dipedulikan. Seseorang yang mengatakan sesuatu yang benar dengan hati yang jujur. Pada masa itu, malah di anggap yang bukan-bukan sekaligus dicurigai dengan berbagai macam tuduhan - tuduhan yang terkesan ekstrim. Dan akhir dari hasil suatu ucapan tentang kebenaran itu adalah "bermeditasi dalam kurungan" Inilah ucapan tentang kebenaran yang berakhir dengan sangat tragis sekali. Orang-orang bijak masa lampau telah menyimpulkan tiga kriteria yang menjadi penyebab hancurnya suatu negeri dibelahan dunia manapun juga, yakni ;

- Jika sang penguasa negeri menganggap bahwa negeri yang dikuasainya itu adalah milik nenek moyangnya sendiri. Sehingga ia merasa berhak untuk melakukan apapun di negeri itu dengan tanpa merasa takut dan merasa malu. "Ia tidak sadar, bahwa bumi dimana ia berkuasa bukanlah miliknya atau milik nenek moyangnya, akan tetapi, milik Tuhan semesta Alam yang dititipkan kepada manusia untuk dijaga kelestariannya. Bumi diibaratkan sawah ladang tempat manusia bercocok tanam diatasnya, dan manusia akan memetik dari apa-apa yang ia tanam di bumi itu. Ingatlah akan suatu hal …!" :

" Bahwa manusia itu tidak akan pernah terlepas dari hukum sebab dan akibat, karena pada saatnya, kelak bumi akan menuntut haknya ".

- Jika hukum suatu negeri dikendalikan oleh sang penguasa negeri yang lalim, maka kebajikan akan lenyap di negeri itu

"Jika suatu kebajikan lenyap .. !" maka orang akan menonjolkan cinta kasih ".



"Jika cinta kasih lenyap …!" maka orang akan menonjolkan keadilan ".

"Jika keadilan lenyap ….! "maka orang akan menyusun peraturan dan undang-undang, maka hal-hal ini menjadi suatu tanda, bahwa kesetiaan dan kejujuran dari rakyat jelata sudah menipis, sehingga kekalutan mulai merajalela, karena moral semakin merosot ".

- Jika hak-hak azasi manusia diselewengkan dan disembunyikan serta diabaikan, maka keluhan dan jeritan tangis akan mewarnai negeri itu sehingga negeri akan menjadi kacau tak terkendali.

" Lihatlah kepada orang yang dibawah kamu, jangan selalu melihat kepada orang yang di atas kamu, yang demikian itu adalah lebih baik dan layak untuk tidak merendahkan nikmat Allah pada kamu ". (Al-Hadits).

Maka sang pemimpin sejati akan membuat peningkatan yang membuatnya menjadi mungkin untuk mengenali lebih dekat dan menembus lebih dalam kesubstansi Ilahi. Ia akan senantiasa berusaha untuk memperbaiki kehidupan dan nasib rakyat jelata, agar jangan sampai mereka menderita kesukaran dalam hal pangan, tempat tinggal dan dalam mencari nafkah. Ia pun tidak akan mempersulit rakyatnya dengan berbagai macam peraturan, atau undang-undang yang membatasi usaha serta pekerjaan mereka, agar supaya mereka senantiasa dapat tinggal dengan tenteram dan bekerja dengan senang dan leluasa, sehingga seluruh negeri akan berubah dengan sendirinya menjadi aman sejahtera. Oleh karenanya sang pemimpin sejati itu selalu memiliki kebijaksanaan yang tinggi. Kebijaksanaan semacam inilah yang tidak dapat dicari di puncak-puncak gunung atau di dasar laut yang dalam atau di tengah-tengah hutan belantara, atau di negara - negara lain, akan tetapi, kebijaksanaan ini haruslah dicari di dalam dirinya sendiri, melalui penyerahan diri, pemusatan dan peleburan batin sepenuhnya, maka amal perbuatan yang dilakukan olehnya akan menjadi amal suci dan mensucikan.

" Langit dalam revolusi ibarat pengemis yang mengusik kesadaran kita"

Kehadiran seseorang pemimpin sejati di tengah-tengah kegersangan dan kehausan jiwa adalah merupakan karunia Tuhan dan tanda-tanda dari Maha Kasih-NYA yang tetap dapat diperoleh manusia kapanpun dan dimanapun asal mereka mau membuka dirinya sendiri untuk menghidupkan kembali cahaya semangatnya dan menyesuaikan diri dengan alam serta hukum - hukum Tuhan yang kekal abadi. Seseorang hanya perlu mempelajari dunia Islam dalam berbagai fase sejarahnya atau pada masa kini untuk menyadari kehadiran Sang pemimpin sejati dalam berbagai aspek tradisi yang sangat fundamental itu. Ia adalah keajaiban di atas keajaiban, dan merupakan sosok manusia sejati yang selalu mengikuti dimana arus air mengalir. Maka sesungguhnya kursi kebesaran bagi sang pemimpin sejati itu, terletak di dalam lubuk hatinya yang telah terpahat oleh kejujuran dan keikhlasan yang tanpa pamrih itu. Jika saja dari keikhlasan sang pemimpin sejati itu menyentuh jiwa para pertapa dunia, maka jiwa mereka akan meninggalkan tubuh diluar kehendaknya.

" Bukankah suatu perbuatan itu dapat dikatakan baik dan benar, jika tidak ada pamrih didalamnya..?"

Rabu, 21 Oktober 2009


GURU BESAR MAHESA KURUNG
( Al-Mukaromah)

Sayyid Faridhal Attros Al Kindhy Asy'ari
Penulis Buku Awrad Fadhl Pengalaman Spiritual Syaikh Abdul Qadir Al Jailani (Buku dalam persiapan percetakan).

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tahun 1960, berasal dari keluarga berdarah campuran Sunda (Bogor, Banten dan Garut) Kalimantan dan Timur Tengah (Hadramaut, Yaman). Beliau berdomisili di kota Bogor dan berkeluarga dengan 1 (satu) orang istri dan dikaruniai 3 (tiga) orang putera.

Pada tahun 1976, Penulis menjadi Guru Besar dari organisasi MK Al Mukarramah yang mengajarkan pendalaman pemahaman tentang Islam melalui pendekatan keilmuan (Perguruan Silat Tangan Kosong Dzulfiqar). Dan MK Al Mukarramah sendiri adalah merupakan bagian dari kegiatan Yayasan Air Kehidupan dimana beliau menjadi pendirinya.

Sampai saat ini anggota MK Al Mukarramah, sudah mencapai jumlah jutaan orang. Mereka tersebar tidak saja di Indonesia, tetapi juga negara-negara ASEAN, Timur Tengah, Australia, Amerika dan Eropa. Selain sebagai Guru Besar MK Al-Mukarramah, beliau juga menjadi Guru Besar dari Theraphy Kosmik Qaf dan Seni Kalighrafi Islam Indonesia (SKII), Guru Besar Seni Yoga Islam Indonesia serta menjabat sebagai Guru Besar Majlis Awrad Muslim Indonesia (MAMI) dan sebagai Guru Besar dari Ilmu Beladiri Tangan Kosong Dzulfiqar.

Beliau melalui organisasi keislaman MK Al Mukarramah yang berpusat di kota Bogor ini, mengajarkan ilmu-ilmu Spiritualisme Islam yang mengacu pada Al Qur'an termasuk diantaranya adalah Ilmu Kasyaf, Al Laduuni, Al Bashiirah, Al Masyriqul Ghaybi, Al Maghribul Ghaybi, Hidzbul Muqarabbin, Asyirul Ghaybi, Al Hiqmatul Ghaybi, Al Bayyinatul Ghaybi dan beberapa ilmu-ilmu Syaefi seperti Syaefi Syaefur Rifaa’un, Syaefum Maa'un, Syaeful Ardhun, Syaefun Naarun, Syaefi Futuhul Ghaybi maupun Ilmu Mahabbatul Qubra, Ilmu Khafiy, Ilmu Asy’syifaa, Ilmu Al Falaqiyah, Hizib, Asrar, Al Hikmah dan lain sebagainya.

Beliau juga mendirikan dan menjadi Ketua Umum dari beberapa Ormas maupun LSM yang Independen seperti diantaranya Barisan Pagar Bangsa (BPB) suatu organisasi masyarakat yang menggalang masyarakat lintas suku bangsa, ras ataupun Agama, untuk bersama-sama ikut membela dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tersebar diseluruh wilayah Nusantara.

Dan inilah beberapa Ormas maupun LSM dimana Beliau menjabat sebagai Ketua Umumnya;

1. Asosiasi Masyarakat Anti Narkoba (AMAN)
2. Center for Islamic Spiritualism Studies (CISS) yang berskala Internasional
3. Forum Profesionalisme Muslim Indonesia (FPMI)
4. Majlis Awrad Muslim Indonesia (MAMI)
5. Jaringan Masyarakat Anti Teroris (JAMAT)
6. Masyarakat Sunda Indonesia (MASUNDI)
7. Perhimpunan Seni dan Budaya Indonesia (PSBI)
8. Masyarakat Anti Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (MAK2N)
9. Gerakan Masyarakat Sadar Hukum dan Hak Azasi Manusia (GEMASH HAM)